Trending Topicz – Vicky Prasetyo, salah satu kandidat Pilkada Pemalang 2024, secara terbuka menyampaikan kritiknya terhadap praktik politik uang yang menurutnya masih menjadi persoalan besar dalam demokrasi. Dalam unggahan di media sosial usai menerima hasil kekalahannya, Vicky menyentil isu yang dianggapnya telah mencederai proses pemilu.
“Pembangunan jalan-jalan rusak, permasalahan sampah, pembangunan infrastruktur lainnya, mari sahabat, dimulai dengan pembangunan mental terlebih dahulu agar kalian sadar suara demokrasi lebih bernilai daripada uang selembar Rp50 ribu,” tulis Vicky pada Jumat (29/11/2024).
Pernyataan tersebut jelas menyindir fenomena politik amplop yang kerap menjadi isu dalam kontestasi politik lokal. Vicky menegaskan bahwa suara rakyat tidak seharusnya diperjualbelikan, melainkan digunakan untuk memilih pemimpin berdasarkan hati nurani dan visi yang diusung.
Kekalahan yang Berarti
Meski harus mengakui kekalahannya, Vicky tetap mengapresiasi para pendukungnya yang telah menunjukkan integritas dalam memilih. Ia menyebut lebih dari 115 ribu pendukungnya sebagai individu bermental tangguh yang tetap memegang prinsip meski berada dalam kondisi ekonomi sulit.
“Saya bangga menjadi bagian dari perjuangan ini bersama kalian. Kalian adalah bukti bahwa nurani tidak bisa dibeli, meski harus hidup berdampingan dengan kemiskinan,” ungkapnya.
Dalam unggahannya, Vicky menggunakan analogi revolusi untuk menggambarkan perjuangannya. Ia mengutip tokoh revolusi Kuba, Che Guevara, sebagai simbol kegigihan yang tak kenal menyerah.
“Kuba tidak akan mungkin merdeka dan tercipta revolusi jika Che Guevara menarik diri dari medan pertempuran,” tambahnya, menyiratkan bahwa meskipun kalah, perjuangannya di dunia politik belum berakhir.
Kritik Tajam terhadap Politik Uang
Vicky menegaskan bahwa politik uang merusak nilai-nilai demokrasi. Ia mengajak masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya suara mereka dalam membangun masa depan, bukan sekadar menukar suara demi keuntungan jangka pendek.
“Jika amplop mampu membeli suara, maka kita sedang menjual masa depan kita sendiri. Demokrasi harus kembali pada nilai dasarnya, yakni suara rakyat untuk kebaikan bersama,” tegasnya.
Seruan untuk Perubahan
Meskipun kalah, Vicky Prasetyo berharap momentum Pilkada ini menjadi refleksi bagi semua pihak. Ia menyerukan agar masyarakat Pemalang dan seluruh Indonesia lebih kritis terhadap politik uang dan memilih berdasarkan pertimbangan rasional serta hati nurani.
Sikap Vicky yang terbuka menerima kekalahan namun tetap lantang menyuarakan perubahan menuai beragam respons dari publik. Banyak yang mengapresiasi keberaniannya mengangkat isu sensitif seperti politik uang, yang sering dianggap tabu untuk dibahas secara terang-terangan.
Dengan semangat ini, Vicky menunjukkan bahwa kekalahan bukanlah akhir dari perjuangan. Sebaliknya, ia ingin menjadi bagian dari upaya kolektif untuk menciptakan demokrasi yang lebih sehat dan bermartabat